Macam-macam Penelitian Ilmiah Manfaat Temulawak
Temulawak, tanaman obat asli Indonesia, diharapkan bisa diakui sejajar dengan ginseng asal Korea. Khasiat yang dimilikinya pun sudah dibuktikan melalui penelitian ilmiah.
Khasiat temulawak (Curcuma xanthorriza) yang sudah terbukti ilmiah antara lain sebagai antiinflamasi, memelihara fungsi hati, meningkatkan nafsu makan, hingga menurunkan lemak dalam darah.
"Selain untuk liver, kurkumin dalam temulawak bisa untuk inflamasi. Pasien dengan osteoartritis bisa dikurangi sakitnya dengan temulawak," kata Indah Yuning Prapti, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemenkes RI.
Bagi masyarakat, jamu atau ramuan obat tradisional Indonesia sebetulnya bukan hal baru. Ramuan dari tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral itu secara turun-temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Penelitian Ilmiah Manfaat Temulawak Untuk Menjaga Kesehatan Hati dan Pengobatan Untuk Pemulihan Penderita Hepatitis
Tujuan dari penelitian kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh sari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap kerusakan sel hati tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar betina yang diberi larutan timbal nitrat (Pb(NO3)2) Jenis penelitian ini adalah eksperimen sungguhan, populasi dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar betina. Jumlah sampel yang digunakan adalah 24 ekor, penelitian ini terdiri dari 6 perlakuan yaitu perlakuan kontrol, perlakuan diberi (Pb(NO3)2) perlakuan kombinasi diberi (Pb(NO3)2) + sari rimpang temulawak konsentrasi 10%, 30%, 50%, dan 70% yang diberikan secara peroral. Setiap perlakuan menggunakan 4 kali ulangan, sedangkan teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling (sederhana).
Variabel penelitian yaitu variabel bebas: konsentrasi rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), variabel tegantung: jumlah nekrosis sel hati, variabel kontrol: dosis (Pb(NO3)2), jenis kelamin tikus, umur tikus, makanan dan minuman tikus, kandang, perawatan, temulawak dan cara pembuatan sari rimpang temulawak. Analisis data jumlah nekrosis sel hati menggunakan ANAVA 1 faktor yang dilanjutkan dengan uji duncan’s taraf signifikasi 1%.
Berdasarkan hasil uji ANAVA 1 faktor pada jumlah nekrosis sel hati diperoleh Fhitung = 171,409 > Ftabel = 4,89 (pada signifikasi 1%) ini menunjukkan ada pengaruh pemberian berbagai konsentrasi sari rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) terhadap jumlah nekrosis sel hati tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar betina. Sedangkan dari hasil uji duncan’s dengan taraf 1%, perlakuan yang paling baik terhadap nekrosis sel hati yaitu pada perlakuan pemberian konsentrasi 70% dimana rata-rata nekrosis sel adalah 6%, persentase nekrosis pada perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan kontrol, dimana pada kontrol rata- rata nekrosis sel adalah 3%, hal tersebut membuktikan bahwa sari rimpang temulawak 70% dengan kandungan zat aktif curcumin dapat digunakan sebagai hepatoprotektor.
Penelitian Manfaat Temulawak Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Jahat (LDL) Dalam Darah
Uji Klinis yang melibatkan 80 pasien kolesterol tinggi, membuktikan bahwa pemberian 2 kapsul ekstrak temulawak selama 2 hari sekali dalam jangka waktu 4 minggu mampu menurunkan kadar kolesterol 18, 25% dan kadar kolesterol jahat turun hingga 25,98% ( Hasil Penelitian Prof. Dr. Suwijiyo Pramono Apt dari Fakultas Farmasi UGM)
Penelitian Ilmiah Manfaat Temulawak Untuk Mencegah Stroke
Penelitian tentang manfaat temulawak sebagai antistroke dilakukan di Unpad Bandung. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Xanthorrizol yang dikandung temulawak bisa mencegah penyumbatan darah ke otak ( Prof. Dr. Sidik Apt, guru besar emiritus Farmasi Universitas Padjajaran Bandung)
Penelitian Ilmiah Manfaat Temulawak Untuk Menjaga Hati dari Kerusakan
Hasil penelitian ini didapatkan dari penelitian yang dilakukan di Seoul Korea Selatan. Penelitian menunjukkan bahwa Temulawak berkhasiat membantu detoksifikasi di hati, melindungi liver, dan sekresi cairan empedu. ( Hasil penelitian Prof. Dr. Jk Hwang dari Yonsei University di Seoul Korea)
Penelitian Manfaat Temulawak Untuk Menurunkan Suhu Tubuh Saat Demam/Panas, Anti Plak dan Sumber Antioksidan
Yamakazi dan tim penelitinya dari Jepang melakukan pebelitian ilmiah tentang manfaat temulawak untuk menurunkan suhu tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Temulawak mengandung germakron yang berfungsi menekan sistem syaraf pusat yang kemudian efeknya mampu menurunkan suhu tubuh. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh beberapa universitas berhasil membuktikan bahwa rimpang temulawak bisa juga digunakan sebagai obat antistroke, antioksidan, menghambat osteoporosis, sebagai antiplasmodial, anti plak dan pertahanan gigi.
Menurut Dr.Roy Sparringa, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI), dari sekitar 900 produk obat tradisional yang terdaftar di Indonesia, sebagian besarnya memiliki kandungan temulawak.
"Temulawak ini unggulan asli Indonesia. Walau tanamannya menyebar ke seluruh dunia, tetapi curcuminoid dan minyak Xanthorrizol dari temulawak Indonesia yang paling dicari," kata Roy.
Saat ini sejumlah upaya sudah dilakukan agar jamu memperoleh pengakuan internasional. Di antaranya adalah meningkatkan penelitian pemanfaatan jamu, sosialisasi kepada masyarakat akan penggunaan jamu, dan mendorong dokter menggunakan obat tradisional sehingga penggunaan jamu terus meluas.
"Sejak tahun 2008 upaya itu terus dilakukan. Modal dasar budaya sebenarnya sangat kuat karena 54 persen masyarakat masih memakai jamu," kata Prof.Agus Purwadianto, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan pakar bioetika.
Meski demikian, menurut Agus pekerjaan rumah yang dihadapi masih banyak. "Sebelum jamu go global, harus go nasional. Dan untuk go nasional, harus dimulai dengan go profesional," katanya.
Pengakuan jamu di tingkat internasional akan membuat pengembangan dan pelestarian jamu lebih mudah dilakukan. Roy mengatakan potensi temulawak belum sepenuhnya dieksplor dan diteliti intensif khasiatnya. "BPOM akan mengawal untuk uji klinik yang dilakukan pada manusia," katanya.
Saat ini, baru ada 7 produk fitofarmaka dan 37 obat herbal terstandar (OHT) yang terdaftar di BPOM. Jamu saintifik berbeda dengan obat tradisional, OHT, dan fitofarmaka.
Obat tradisional adalah sediaan bahan alam belum terstandar yang manfaatnya belum berdasarkan hasil pengujian ilmiah, tetapi kepercayaan. Adapun OHT adalah obat tradisional bentuk ekstrak terstandar dan lewat uji praklinik (pada hewan).
Sementara fitofarmaka adalah obat tradisional bentuk ekstrak dan terstandar yang diuji praklinik dan juga uji klinik pada manusia. Sediaan OHT dan fitofarmaka bisa berbentuk kapsul ataupun pil.
Fasilitas riset
Perusahaan farmasi SOHO Global Health, kemarin (13/8/15) meresmikan fasilitas riset herbal yang disebut SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR) di Desa Cihanjawar, Nagrak, Sukabumi, Jawa Barat.
Di fasilitas riset tersebut diteliti dan dikembangkan temulawak bekerja sama dengan tim dari Institut Pertanian Bogor. Bibit temulawak dengan kandungan bahan berkhasiat terbaik telah dihasilkan dari berbagai penelitian dan pengembangan varietas bibit dan metode penanaman terbaik dalam skala kecil.
"Konsepnya SCEHR ini adalah kebun penelitian. Kami menyiapkan protokol untuk melatih petani bagaimana cara menanam temulawak dan cara panen agar kadar kurkuminnya tinggi," kata Made Dharma Wijaya, Executive Vice President - Suply & Operation SOHO Global Health.
Ia mengatakan, di kebun seluas 12 hektar ini bahan baku kurkuma yang dihasilkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan SOHO Global Health. "Karena yang diambil adalah ekstraknya, dan itu kurang dari 10 persen dari hasil penen. Makanya kami ingin menjadikan SCEHR ini sebagai tempat penelitian. Petani-petani dari daerah sekitar ini yang menanamnya di lahan sendiri lalu kami menampung hasil panennya," katanya.
Kandungan kimia, zat aktif dan Nutrisi Temulawak.
Dari hasil tes uji yang dilakukan oleh Balai penelitian tanaman dan obat, diperoleh sejumlah zat / senyawa dalam rimpang temulawak antara lain : Air 19,98%, pati 41,45%, serat 12,62%, abu 4,62%, abu tak larut asam 0,56%, sari air 10,96%, sari alkohol 9,48%, dan kurkumin 2,29%.Dari hasil pengujian tersebut, ditemukan juga kandungan alkaloid, flavonoid, fenolik, triterpennoid, glikosida tannin, saponin dan steroid .
Selain itu, terdapat juga kandungan minyak atsiri sebesar 3,81%, meliputi : d-kamfer, sikloisoren, mirsen,p-toluil metikarbinol, pati, d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, dan atlantone.
Efek Samping Temulawak
Temulawak tampaknya aman bagi kebanyakan orang ketika digunakan pada jangka waktu yang singkat, hingga 18 minggu. Tapi temulawak mungkin tidak aman bila digunakan dalam jumlah besar atau untuk jangka waktu yang lama. Hal itu dapat menyebabkan iritasi lambung dan mual. Peringatan khusus pada pemakaian oleh ibu hamil menyusui, karena tidak cukup diketahui tentang penggunaan temulawak ini selama kehamilan dan menyusui. Tetap agar lebih aman, hindari penggunaannya. Dosis yang tepat untuk konsumsi temulawak ini, tergantung pada beberapa faktor seperti usia pengguna, kesehatan, dan beberapa kondisi lain. Pada saat ini tidak ada informasi ilmiah yang cukup untuk menentukan kisaran dosis yang tepat untuk temulawak. Perlu diketahui bahwa produk alami mungkin tidak selamanya aman dan ini penting untuk diketahui sebelumnya. Pastikan untuk mengikuti petunjuk yang relevan pada label produk dan lakukan konsultasi pada apoteker atau para profesional kesehatan sebelum menggunakan obat olahan temulawak.
Klasifikasi dan Morfologi Temulawak
Klasifikasi ilmiah
Divisi : Spermatophyta.
Sub divisi : Angiospermae.
Kelas : Monocotyledonae.
Ordo : Zingiberales
Keluarga : Zingiberaceae.
Genus : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
sumber :Tjitrosoepomo (2004).
Morfologi
Temulawak, Salah satu tanaman terna berbatang semu dengan beberapa sebutan berbeda untuk setiap daerahnya seperti koneng gede ( sunda) ,dan temu lobak ( madura ) memilki ciri-ciri umum sebagai berikut :
Tinggi tanaman bisa mencapai 1 meter, tapi kurang dari 2 meter.Wana batang hijau / coklat gelap.
Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Rimpang memiliki ukuran besar dan tumbuh bercabang-cabang yang terdiri dari rimpang induk dan rimpang cabang. Rimpang induk memiliki bentuk bulat hingga bulat telur. Rimpang cabang tumbuh di sekitar rimpang induk dengan jumlah 3-4 rimpang memanjang. Kulit rimpang berwarna coklat kemerahan /kuning tua, warna daging rimpang kuning jingga / kuning kecoklatan.
Daun tumbuh pada sekitar batang dengan jumlah 2 – 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 – 84cm dan lebar 10 – 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 – 80cm.
Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 – 23cm dan lebar 4 – 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 – 13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25 – 2cm dan lebar 1cm.
Cara Menanam, Pemupukan, Perawatan dan Pemanenan Tanaman Temulawak Yang Sangat Bermanfaat Bagi Kesehatan
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 o C.
Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
Media Tanam : Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
Ketinggian Tempat : Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada tanaman yang ditanam pada etinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
Langkah-langkah Cara Menanam Temulawak
Pembibitan : Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik berupa rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.
Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai.keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat penyimpanan.
Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
Pembukaan Lahan : Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.
Pembentukan Bedengan : Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.
Pemupukan Organik (sebelum tanam) : Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanaman : Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.
Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm.
Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm..
Perioda Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
Pembubunan : Kegiatan pembubunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembubunan dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa air. Pembubunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.
Pemupukan :
Pemupukan Organik : Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembubunan.
Pemupukan Konvensional :
Pemupukan Awal.Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
Pemupukan Susulan : Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5 kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Pengairan dan Penyiraman : Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim. Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
Penanganan Hama dan Penyakit Tanaman Temulawak
Hama : Hama temulawak adalah:
Ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp.),
Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) dan
Lalat rimpang (Mimegrala coerulenfrons Macquart).
Pengendalian: penyemprotan insektisida Kiltop 500 EC atau Dimilin 25 WP dengan konsentrasi 0.1-0.2 %.
Penyakit.
Jamur Fusarium
Penyebab: F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen.
Gejala: Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman menjadi busuk.
Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
Penyakit layu
Penyebab: Pseudomonas sp.
Gejala: kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah.
Pengendalian: dengan pergiliran tanaman dan penyemprotan Agrimycin 15/1.5 WP atau grept 20 WP dengan konsentrasi 0.1 -0.2%.
Gulma : Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
- Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami.
- Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
- Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
- Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati dan digunakan dalam pengendalian hama antara lain adalah:
- Tembakau (Nicotiana tabacum ) yang mengandung nikotin untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Aplikasi untuk serangga kecil misalnya Aphids.
- Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) yang mengandung piretrin yang dapat digunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat yang aplikasinya dengan semprotan. Aplikasi pada serangga seperti lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
- Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) yang mengandung rotenone untuk insektisida kontak yang diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
- Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) yang mengandung azadirachtin yang bekerjanya cukup selektif. Aplikasi racun ini terutama pada serangga penghisap seperti wereng dan serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif untuk menanggulangi serangan virus RSV, GSV dan Tungro.
- Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang bijinya mengandung rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat digunakan sebagai insektisida dan larvasida.
- Jeringau (Acorus calamus) yang rimpangnya mengandung komponen utama asaron dan biasanya digunakan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.
Waktu Panen dan Penanganan Pasca Panen Temulawak
Ciri dan Umur Panen : Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Cara Panen.: Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.
Periode Panen : Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan Hasil Panen : Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
Penyortiran Basah dan Pencucian : Sortasi pada bahan segar dilakukan untuk memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman, dan gulma. Setelah selesai, timbang jumlah bahan hasil penyortiran dan tempatkan dalam wadah plastik untuk pencucian. Pencucian dilakukan dengan air bersih, jika perlu disemprot dengan air bertekanan tinggi. Amati air bilasannya dan jika masih terlihat kotor lakukan pembilasan sekali atau dua kali lagi. Hindari pencucian yang terlalu lama agar kualitas dan senyawa aktif yang terkandung didalam tidak larut dalam air. Pemakaian air sungai harus dihindari karena dikhawatirkan telah tercemar kotoran dan banyak mengandung bakteri/penyakit. Setelah pencucian selesai, tiriskan dalam tray/wadah yang belubang-lubang agar sisa air cucian yang tertinggal dapat dipisahkan, setelah itu tempatkan dalam wadahplastik/ember.
Perajangan : Jika perlu proses perajangan, lakukan dengan pisau stainless steel dan alasi bahan yang akan dirajang dengan talenan. Perajangan rimpang dilakukan melintang dengan ketebalan kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah perajangan, timbang hasilnya dan taruh dalam wadah plastik/ember. Perajangan dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin pemotong.
Pengeringan : Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan sinar matahari atau alat pemanas/oven. pengeringan rimpang dilakukan selama 3 - 5 hari, atau setelah kadar airnya dibawah 8%. pengeringan dengan sinar matahari.dilakukan diatas tikar atau rangka pengering, pastikan rimpang tidak saling menumpuk. Selama pengeringan harus dibolak-balik kira-kira setiap 4 jam sekali agar pengeringan merata. Lindungi rimpang tersebut dari air, udara yang lembab dan dari bahan-bahan disekitarnya yang bisa mengkontaminasi. Pengeringan di dalam oven dilakukan pada suhu 50 o C - 60 o C. Rimpang yang akan dikeringkan ditaruh di atas tray oven dan pastikan bahwa rimpang tidak saling menumpuk. Setelah pengeringan, timbang jumlah rimpang yang dihasilkan
Penyortiran Kering. : Selanjutnya lakukan sortasi kering pada bahan yang telah dikeringkan dengan cara memisahkan bahan-bahan dari benda-benda asing seperti kerikil, tanah atau kotoran-kotoran lain. Timbang jumlah rimpang hasil penyortiran ini (untuk menghitung rendemennya).
Pengemasan : Setelah bersih, rimpang yang kering dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau karung yang bersih dan kedap udara (belum pernah dipakai sebelumnya). Berikan label yang jelas pada wadah tersebut, yang menjelaskan nama bahan, bagian dari tanaman bahan itu, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih dan metode penyimpanannya.
Penyimpanan : Kondisi gudang harus dijaga agar tidak lembab dan suhu tidak melebihi 30 o C dan gudang harus memiliki ventilasi baik dan lancar, tidak bocor, terhindar dari kontaminasi bahan lain yang menurunkan kualitas bahan yang bersangkutan, memiliki penerangan yang cukup (hindari dari sinar matahari langsung), serta bersih dan terbebas dari hama gudang.
Langkah pertama dalam membudidayakan temulawak ialah pembibitan. Proses pembibitan dapat di lakukan dengan cara memilih rimpang induk besar yang berumur 10-12 bulan ,tanaman induk di bongkar dan bersihkan akarnya dari tanah, induk rimpang yang sudah di bersihkan di belah menjadi 3-4 bagian dengan 2-3 mata tunas, jemur potongan rimpang selama 3 jam setiap hari selama 5 hari bertutut-turut. Jiak sudah di jemur selama 5 hari bibit siap untuk di tanam.
Langkah kedua adalah mempersiapkan media tanam , tanah, pupuk dan polybag. Saipkan tanah gembur, kompos, dan pupuk organic, campur ketiga bahan tadi samapi merata lalu isikan tanah campuran pupuk tadi ke dalam tiap polybag yang berukuran sedang.
Langkah ketiga adalah mempersiapan bibit yang sudah di buat tadi untuk di tanam pada polybag yang sudah berisi tanah gembur campuran pupuk kompos dan pupuk organic. Lubangi polybag sedalam 10 cm dan tanam bibit temulawak dengan tunas menghadap ke atas, lalu timbun dengan tanah gembur lagi, setelah itu siram tanaman dengan air secukupnya.
Pengairan tanaman temulawak pada saat awal tumbuh dapat di lakukan setiap hari pagi dan sore dengan air secukupnya. Setelah tanaman temulawak tumbuh besar, penyiraman dapat di lakukan sekali tiap hari. Untuk pemupukan sendiri lebih baik menggunakan pupuk yang alami saja seperti kompos atau pupuk kandang, guna menghasilkan tanaman temulawak yang alami.
Pemupukan dapat di lakukan 1 minggu sekali dengan cara menggaruk tanah sekitar tanaman lalu taburkan pupuk kandang secukupnya dan timbun taburan pupuk kandang menggunakan tanah hasil garukan tadi lalu siram dengan air.
Tanaman temulawak dapat di panen setelah usia antara 8-10 bulan , jika media tanam kita polybag kita dapat memanen temulawak kapan saja tanpa menunggu musim kemarau tiba. Cara memanen dengan cara membongkar pohon temulawak kemudian bersihkan tanahnya dan potong rimpang anakan dari rimpang induk, cuci dan keringkan lalu simpan temulawak pada tempat yang kering.
Manfaat Temulawak Untuk Pengobatan dan Kesehatan
Khasiat dan Manfaat temulawak antara lain sebagai hepatoprotektor atau pencegah penyakit hati, mereduksi kadar kolesterol dalam darah, sebagai anti-imflamasi atau anti-radang, sebagai obat laxative atau pencahar, sebagai obat peluruh kencing atau diuretic, menghilangkan nyeri sendi dan masih banyak lagi lainnya. Temulawak sering dianjurkan untuk anak kecil sebab bisa meningkatkan nafsu makan. Sedangkan untuk ibu yang sedang menyusui, temulawak bermanfaat untuk melancarkan ASI dan juga membersihkan darah. Selain memiliki beragam khasiat untuk kesehatan, ternyata temulawak juga memiliki fungsi lain yakni sebagai pengusir nyamuk. Kandungan minyak atsiri dengan linalo dan juga geraniol, yang merupakan golongan fenol, memiliki daya repellan terhadap nyamuk khususnya jenis Aedes Aegepty, biang Demam Berdarah.
Cara Mengolah Temulawak
Pada dasarnya, temulawak bisa diolah menjadi beberapa resep baik itu obat maupun kuliner nikmat tanpa harus mengurangi kandungan temulawak itu sendiri. Temulawak sering dijadikan bahan utama jamu dan untuk beberapa kasus tertentu, ditambahkan bahan lain untuk memperkuat khasiatnya. Para ibu juga biasanya membuat bubur temulawak untuk anak-anak atau bagi mereka yang mengalami gangguan pencernaan. Temulawak memang merupakan sumber karbohidrat yang baik. Sedangkan untuk menghalau beberapa penyakit, resep obat temulawak bergantung pada jenis penyakit apa yang hendak disembuhkan. Tetapi secara umum cara pengolahannya dengan direbus atau diparut dan langsung dikonsumsi. Sebagai contoh, berikut resep obat temulawak untuk mereka yang terserang penyakit Limfa :
Persiapkan Bahan:
· 2 rimpang temulawak,
· 1/2 rimpang lengkuas,
· 1 genggam daun meniran.
Cara membuat:
· Bahan temulawak dan juga lengkuas diparut halus.
· Kemudian semua bahan tersebut direbus dengan satu liter air sampai mendidih
· Setelah itu, air didihan disaring dan dipisahkan dengan ampas.
· Tunggu sampai dingin. Kemudian siap diminum 1 kali sehari 1 cangkir.
Manfaat Temulawak Untuk Kesehatan Tubuh
Memelihara Fungsi Hati
Katagoga dalam temulawak memiliki khasiat menjaga kesehatan fungsi hati. Katagoga memproduksi empedu dalam hati dan merangsang pengosongan kandung empedu. Dalam uji klinik yang dilakukan pada temulawak, memberikan hasil enzim yang dapat berguna untuk menurunkan kadar SGOT dan SGPT dalam dosis 15-30 mg kurkumin.
Masalah pencernaan
Zat di dalam temulawak, mampu merangsang produksi empedu di kandung empedu, yang dapat membantu meningkatkan pencernaan. Khasiat temulawak memberikan dukungan terhadap berbagai masalah pencernaan termasuk gangguan pencernaan, kembung, gas dan dispepsia.
Sebuah studi tahun 2006 yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Gastroenterology dan Hepatology, para pasien yang memakai suplemen kunyit setiap hari mengalami tingkat kekambuhan yang jauh lebih rendah dibandingkan pasien yang memakai plasebo selama enam bulan.
Membantu Menurunkan Lemak Darah
Manfaat temulawak menghasilkan fraksi kurkuminoid yang merupakan ekstrak temulawak, untuk membantu menurunkan kadar kolesterol total dan memberikan peningkatan pada kadar kolesterol HDL Zat kurkumaid diduga berperan dalam menurunkan lemak darah, yang tentu saja berdampak baik pada kesehatan jantung dan berdampak baik sistem kardiovaskuler dalam tubuh.
Melawan Kanker
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2001 dalam jurnal ilmiah “The Prostat,” menemukan bahwa curcumin secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan kanker prostat dan berpotensi untuk mencegah perkembangan kanker hormon lainnya. Meskipun percobaan lanjutan terhadap manusia masih diperlukan sebelum dokter dapat merekomendasikan temulawak.
University of Maryland Medical Center menjelaskan bahwa, tanaman herbal dapat bekerja menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang memasok pertumbuhan kanker dan merupakan efek pencegahan yang mungkin berasal dari aktivitas antioksidan yang melindungi sel dari kerusakan.
Mengurangi radang sendi
Kandungan kurkumin dalam temulawak sama dengan 100 mg fenibutazon yang mengurangi radang sendi dan nyeri. Cara kerjanya yakni dengan melakukan penghambatan perpindahan sel-sel leuksit kepada daerah radang atau dangan penghambatan pembentukan serta transportasi mediator radang yaitu prostagladin. Hasil pengujian memberikan hasil perbaikan pada penderita radang sendi.
Di India, telah lama menggunakan tanaman herbal selama ribuan tahun untuk mengobati dan mencegah peradangan seperti arthritis. Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2009 dalam Journal of Alternative and Complementary Medicine , pasien yang diperiksa bermasalah pada radang sendi lutut meminum ekstrak temulawak dan ibuprofen setiap hari selama enam minggu. Pada akhir penelitian, para peneliti menemukan bahwa ekstrak temulawak bekerja sama dengan baik oleh ibuprofen, untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh arthritis tanpa mengalami efek samping yang merugikan.
Link :Kupas Tuntas Tanaman Obat Herbal Temulawak, Kandungan Nutrisi, Manfaat Dan Cara Budidayanya