Label:
Cara Ampuh Biar Gacor,
Cara melatih mental petarung,
Informasi Rawatan Burung Kicau,
Teknik Biar Gacor,
Tips Saat Mabung
Pasar Hewan Payakumbuh, Kapan Hari Pasarannya?
Pasar ternak yang terletak di Payobasuang Payakumbuh timur merupakan pasar hewan terbesar. Pasar ternak kota Payakumbuh beroperasi setiap hari minggu dari pagi sampai sore hari. Pasar ternak dipenuhi oleh para pedagang sapi, peternak dan jagal sapi yang datang dari berbagai daerah mulai dari Kabupaten 50 Kota, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi dan daerah-daerah sekitarnya. Di musim menjelang Hari Raya Qurban, pasar ini juga didatangi oleh pedagang sapi dari propinsi Riau dan Kepulauan Riau untuk memenuhi stock Qurban di wilayah mereka.
Harga sapi sangat bervariasi tergantung umur, jenis, dan beratnya. Harga pedet umur sekitar 8 bulan seperti gambar diatas berkisar antara 13 – 14.5 juta rupiah. Sementara sapi ukuran sedang dan besar dikisaran harga Rp. 46.000 s/d Rp.52.000/kg berat hidup. Transaksi di pasar ini dilakukan dengan sistem taksir (jogrokan) bukan timbangan hidup, oleh karena diperlukan keahlian khusus dan pengalaman dalam menaksir beratnya..
.
Tradisi Tawar Menawar Unik Di Pasar Hewan
Marosok. Transaksi tawar menawar yang terjadi antara satu pedagang dan satu pembeli dilakukan tanpa suara, mengandalkan isyarat tangan yang ditutup oleh sarung, handuk, baju, ataupun topi tanpa mengeluarkan suara. Hanya anggukan atau gelengan yang terlihat.
Jangan berspekulasi bahwa pedagang maupun pembeli penyandang bisu atau tuli, mereka normal. Namun inilah tradisi yang turun-temurun diberlakukan, meski zaman sudah mengenal telepon genggam. Tradisi ini dinamakan Marosok, sistem jual beli ternak sapi dengan menggunakan isyarat tangan.
Kegiatan Marosok sendiri berlangsung antara penjual dan pembeli seperti orang bersalam-salaman namun tangan mereka ditutup. Umumnya, sarung digunakan sebagai penutup tangan mereka, meski beberapa ada yang memakai peci ataupun baju. Hal terpenting, transaksi yang menggunakan jari jemari mereka tidak terlihat oleh pembeli ataupun pedagang yang berseliweran di sana.
Kegiatan ini memang bertujuan supaya harga ternak yang dibeli pembeli tidak diketahui oleh banyak orang. Persoalan harga menjadi rahasia antara pembeli dan penjual saja. Salah satu daerah yang masih menjaga cara berdagang sapi seperti ini bisa ditemui di pasar ternak Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Tontonan menarik ketika melihat tawar menawar yang berlangsung, di mana penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.
Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.
Jika pembeli ingin menawar seharga Rp 5,2 juta, maka dia cukup menggenggam dua jari dan menggoyangnya ke kiri. Kalau ingin ditambah Rp 50 ribu lagi, pemilik ternak akan memegang satu ruas jempol si pembeli sambil mematahkannya ke bawah, maka harga ternak itu menjadi Rp 5,25 juta.
Untuk membeli Sapi, berat sapi tak ditentukan dengan timbangan. Di pasar ternak ini, semua timbangan tak memiliki fungsi. Harga sapi hanya berdasarkan pengamatan, persoalan berat sapi dikesampingkan. Jika cocok, transaksi terjadi.
Tujuan Marosok sendiri adalah agar orang lain tak melihat proses transaksi tersebut. Dengan begitu, harga ternak hanya diketahui antara penjual dan pembeli. Setidaknya ini cara untuk 'menghargai' pedagang dan pembeli lain.
Tak ada yang tahu persis Marosok muncul, namun sejumlah pedagang ternak meyakini tradisi ini sudah dimulai sejak zaman raja-raja di Minangkabau dan diterima secara turun temurun.
Title :Lokasi dan Alamat Pasar Hewan PayakumbuhPasar ternak yang terletak di Payobasuang Payakumbuh timur merupakan pasar hewan terbesar. Pasar ternak kota Payakumbuh beroperasi setiap hari minggu dari pagi sampai sore hari. Pasar ternak dipenuhi oleh para pedagang sapi, peternak dan jagal sapi yang datang dari berbagai daerah mulai dari Kabupaten 50 Kota, Kota Payakumbuh, Kota Bukittinggi dan daerah-daerah sekitarnya. Di musim menjelang Hari Raya Qurban, pasar ini juga didatangi oleh pedagang sapi dari propinsi Riau dan Kepulauan Riau untuk memenuhi stock Qurban di wilayah mereka.
Basarosok adalah istilah yang digunakan dalam transaksi tawar menawar di pasar ternak kota Payakumbuh.Jenis sapi yang diperjual belikan di pasar ini cukup beragam, mulai dari Simental, Kerbau, Sapi Bali, Brahman, Peranakan Onggole dan sapi lokal yang dikenal dengan sebutan sapi Pesisir. Daerah Payakumbuh dan sekitarnya memang terkenal sebagai sentra sapi jenis Simental dengan kualitas yang bagus, sehingga tidak heran jika perdagangan sapi di pasar ini didominasi oleh sapi Simental.
Para pembeli sapi di Pasar ternak ini tidak hanya berasal dari Payakumbuh dan Limapuluh Kota saja.Tapi juga dari Provinsi tetangga. 400-500 ekor sapi setiap hari Minggu diperjual belikan.
Harga sapi sangat bervariasi tergantung umur, jenis, dan beratnya. Harga pedet umur sekitar 8 bulan seperti gambar diatas berkisar antara 13 – 14.5 juta rupiah. Sementara sapi ukuran sedang dan besar dikisaran harga Rp. 46.000 s/d Rp.52.000/kg berat hidup. Transaksi di pasar ini dilakukan dengan sistem taksir (jogrokan) bukan timbangan hidup, oleh karena diperlukan keahlian khusus dan pengalaman dalam menaksir beratnya..
Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.Payakumbuh punya potensi yang besar untuk pengembangan peternakan sapi karena selain mudahnya mendapatkan pedet (bakalan sapi), sumber hijauan seperti rumput dan jerami juga melimpah
.
Tradisi Tawar Menawar Unik Di Pasar Hewan
Marosok. Transaksi tawar menawar yang terjadi antara satu pedagang dan satu pembeli dilakukan tanpa suara, mengandalkan isyarat tangan yang ditutup oleh sarung, handuk, baju, ataupun topi tanpa mengeluarkan suara. Hanya anggukan atau gelengan yang terlihat.
Jangan berspekulasi bahwa pedagang maupun pembeli penyandang bisu atau tuli, mereka normal. Namun inilah tradisi yang turun-temurun diberlakukan, meski zaman sudah mengenal telepon genggam. Tradisi ini dinamakan Marosok, sistem jual beli ternak sapi dengan menggunakan isyarat tangan.
Kegiatan Marosok sendiri berlangsung antara penjual dan pembeli seperti orang bersalam-salaman namun tangan mereka ditutup. Umumnya, sarung digunakan sebagai penutup tangan mereka, meski beberapa ada yang memakai peci ataupun baju. Hal terpenting, transaksi yang menggunakan jari jemari mereka tidak terlihat oleh pembeli ataupun pedagang yang berseliweran di sana.
Kegiatan ini memang bertujuan supaya harga ternak yang dibeli pembeli tidak diketahui oleh banyak orang. Persoalan harga menjadi rahasia antara pembeli dan penjual saja. Salah satu daerah yang masih menjaga cara berdagang sapi seperti ini bisa ditemui di pasar ternak Sungai Sariak, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Tontonan menarik ketika melihat tawar menawar yang berlangsung, di mana penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, menggoyang ke kiri dan ke kanan. Jika transaksi berhasil, setiap tangan saling melepaskan. Sebaliknya, jika harga belum cocok, tangan tetap menggenggam erat tangan yang lain seraya menawarkan harga baru yang bisa disepakati.
Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah. Semisal, pedagang ingin menjual ternaknya seharga Rp 5,5 juta, maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta rupiah. Setelah itu, lima jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 5 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp 500 ribu, lima jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Bila disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 5,5 juta.
Jika pembeli ingin menawar seharga Rp 5,2 juta, maka dia cukup menggenggam dua jari dan menggoyangnya ke kiri. Kalau ingin ditambah Rp 50 ribu lagi, pemilik ternak akan memegang satu ruas jempol si pembeli sambil mematahkannya ke bawah, maka harga ternak itu menjadi Rp 5,25 juta.
Untuk membeli Sapi, berat sapi tak ditentukan dengan timbangan. Di pasar ternak ini, semua timbangan tak memiliki fungsi. Harga sapi hanya berdasarkan pengamatan, persoalan berat sapi dikesampingkan. Jika cocok, transaksi terjadi.
Tujuan Marosok sendiri adalah agar orang lain tak melihat proses transaksi tersebut. Dengan begitu, harga ternak hanya diketahui antara penjual dan pembeli. Setidaknya ini cara untuk 'menghargai' pedagang dan pembeli lain.
Tak ada yang tahu persis Marosok muncul, namun sejumlah pedagang ternak meyakini tradisi ini sudah dimulai sejak zaman raja-raja di Minangkabau dan diterima secara turun temurun.
Link :Lokasi dan Alamat Pasar Hewan Payakumbuh