Dilansir dari kumparan.com, ada perbedaan mendasar antara ular kobra, antara Kobra Jawa (Naja Sputatrix), dengan King Cobra (Ophiophagus Hannah). Menurut Wanda Ariesta, Ketua Komunitas Reptil Animal Owners Sociaty (AOS) Yogyakarta, ular kobra dan King Cobra punya karakteristik yang berbeda.
Kata kobra berasal dari istilah Portugis, kobra de capello, yang berarti "ular bertudung". Tudung itu dibentuk dari perpanjangan tulang rusuk di belakang kepala ular sebagai pertahanan diri dari ancaman atau untuk menakuti mangsa.
Meskipun sama-sama bertudung dan menyandang nama "cobra", sesungguhnya King Cobra tidak termasuk dalam keluarga besar genus ular kobra.
Selain dikenal dengan racunnnya yang berbahaya, ular besar dengan nama latin Ophiophagus hannah itu juga sangat berisiko jika dipelihara. Merupakan tantangan tersendiri jika masih nekat ingin menyimpan hewan berbisa tersebut. Yang unik, King Kobra ini juga mempunyai sifat kanibalisme alias hobi memakan ular lainnya. Sederet fakta menarik tentang keberadaannya juga sangat menarik untuk ditelusuri.
Dalam ilmu biologi, King Cobra diklasifikasikan sebagai anggota famili Elapidae. Cirinya adalah memiliki taring berongga sebagai penghantar racun saat mengigit mangsanya. Jika ular besar lainnya seperti Phyton, Anaconda, Sanca membunuh musuhnya dengan cara dililit dan kemudian ditelan, King Cobra hanya butuh waktu 15 sampai 30 menit saja untuk melumpuhkan mangsanya.
Saat terdesak, King Cobra merentangkan kulit pada lehernya yang berbentuk seperti sendok nasi. Bentuk tudungnya itu pula yang menjadi ciri khasnya hingga mudah dibedakan dengan jenis ular lainnya. Dengan masa hidup selama 20 tahun, King Cobra dewasa sanggup mencapai bobot hingga mencapai 20 kilogram dengan rentang tubuh sekitar 5,5 meter. Bahkan, ular ini sanggup mengangkat kepalanya hingga 1,8 meter dari tanah.Ular berjenis kobra memang dikenal dengan bisanya yang mematikan. Hewan yang kerap ditemukan di Asia Tenggara, India Utara, Tenggara Cina, Semenanjung Malaya, wilayah Barat Indonesia, dan Filipina ini, memiliki sebuah racun khusus yang sanggup membunuh mangsanya secara perlahan. Susunan bahannya terdiri dari protein, polipeptida dan bersifat neurotoksik.
Sekali gigit, bisa yang mengandung zat mematikan itu akan langsung menyebar ke dalam tubuh mangsanya. Dilansir dari mentalfloss.com, racun yang dikeluarkan sebanyak 7 mililiter atau setara dengan 1,5 sendok teh. Jika terpapar, bisanya akan menghambat komunikasi antar sel saraf pada tubuh dalam hitungan menit. Gejala lain yang timbul adalah pusing ekstrim, vertigo, lumpuh, koma dan kematian akibat kegagalan sistem kardiovaskular pada pernapasan.King Cobra: Ular Berbisa Terpanjang
King Cobra merupakan salah satu jenis ular mematikan serta bisa mencapai ukuran tubuh yang besar dan panjang hingga mencapai lebih dari 5 meter. John Mehrtens dalam Living Snakes of the World (1987) menyebut, King Cobra adalah ular berbisa terpanjang di dunia.
Ditinjau dari wilayah penyebarannya, Encyclopedia of Life menjelaskan, King Cobra hidup di Asia Selatan dan Tenggara, kecuali kepulauan Little Andaman dan Mentawai. Ia ditemukan mulai dari Nepal, India, Cina bagian selatan, Indocina, Filipina, Malaysia, Brunei, hingga Indonesia.
Anak benua India dianggap sebagai wilayah paling barat di mana King Cobra hidup. Sedangkan wilayah paling timur yang masih ditemukan King Cobra adalah Jawa, Bali, dan Sulawesi. Ular ini dapat hidup di berbagai habitat, King Cobra ditemukan terutama di hutan, rawa bakau, dan daerah pertanian yang menyisakan sedikit wilayah hutan.
King Cobra juga tergolong ovipar karena bereproduksi dengan cara bertelur. Sekali bertelur, sang betina biasanya mengeluarkan sekitar 21-40 butir. Sebelum bertelur, sang betina bakal membuat sarang dari bahan dedaunan dan dahan. Sarang inilah yang digunakan sebagai tempat inkubasi telur.
Selama masa itu, King Cobra betina berada di sarang untuk menjaga telur. Adapun pejantannya berada tak jauh dari sana. Mereka cenderung sangat agresif ketika manusia mendekati karena menganggap itu adalah ancaman.
Sara Viernum, ahli amfibi dan reptil di Madison, Wisconsin, sama seperti yang diungkap Mehrtens dalam bukunya, mengatakan kepada Live Science bahwa King Cobra merupakan spesies ular berbisa terpanjang di dunia.
King Kobra bersifat kanibal atau pemakan sesama ular. Inilah yang membedakannya dengan ular kobra. Smithsoinan's National Zoo and Conservation Biology Institute menjelaskan, King Cobra membatasi jenis makanannya untuk hewan berdarah dingin, khususnya ular. Beberapa King Cobra bahkan hanya memakan satu spesies ular dan menolak yang lainnya.
"Ular yang dimakan King Cobra sebagian besar berukuran lebih besar dan tidak berbahaya, seperti ular tikus Asia, dhamans, atau piton. Mereka juga memakan ular kobra India dan bahkan King Cobra yang berukuran lebih kecil," sebut laman itu.
Oleh karena itu, wajar jika genus King Cobra dinamakan Ophiopahagus. istilah itu, menurut Animal Planet, berakar dua kata latin: ophio yang berarti "ular" dan phagus yang berarti "pemakan". King Cobra pun satu-satunya ular yang dimasukkan dalam genus itu dengan nama spesies Ophiophagus Hannah.
Bisa King Kobra lebih mematikan dari ular kobra atau Kobra Jawa. Namun, King Kobra tidak menyemburkan bisanya seperti Kobra Jawa yang mampu menyemburkan bisa bahkan sejak masih anakan.
Link :Fakta Garaga Milik Panji Petualang, King Cobra Raksasa Yang Mematikan