Kandungan Nutrisi Limbah Kulit Nanas Mendukung Potensi Kulit Nanas Sebagai Bahan Baku Pakan Ternak Sapi
Sebenarnya nanas (Ananas Comocus) bukanlah tanaman asli Indonesia, tetapi pendatang dari Brazilia,Argentina, dan Paraguay. Pada saat ini nanas telah tersebar luas keseluruh dunia. Negaraproduksi nanas yang terkenal ialah Hawaii, Taiwan, dan kuba. Di Indonesia tanaman nanas banyak terdapat di Bogor, Purwakarta, Palembang, Riau, Jambi, dan sebagainya yang luasnya mencapai lebih dari 28.000 hektar dengan produksi mencapai 1999.400 ton per tahun. Hal itu disebabkan tanaman mudah tumbuh dan tidak banyak memerlukan perawatan. Sedangkan resikokegagalan dalam bertanam nanas jarang terjadi. Pemasaran hasilnya mudah asalkan manis dan tidak gatal. Oleh karena itu, kualitas buah sangat menentukan pemasarannya. (Natawidjaja.1993)
Produksi buah nanas secara nasional mencapai sekitar 702 ribu ton per tahun dan sebagian besar disumbang oleh lima wilayah utama penghasil nanas. Potensi tanaman nanas sebagai sumber pakan ternak dimungkinkan, apabila terdapat industri yang akan mengolahan buah nanas menjadi produk hasil olahan seperti sari nanas. Tingkat rendemen sekitar 15%, atau dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah sebesar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi tanaman nanas digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara potensi terdapat sekitar 596 ribu ton per tahun limbah segar nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversikan kedalam bahan kering dengan kadar air 24%, maka terdapat potensi sebesar 143 ribu ton per tahun limbah nanas kering.. Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan bahan tersebut digunakan untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar untuk ternak ruminansia.
Pengolahan limbah nanas untuk menghasilkan bahan pakan ternak pada dasarnya limbah nanas mengandung air dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan pengeringan secara intensif dan cepat untuk menghindari kerusakan bahan. Namun, limbah nanas dapat pula diproses menggunakan teknologi fermentasi untuk menghasilkan produk silase limbah nanas. Hal ini dimungkinkan karena kandungan air sebesar 75% sesuai bagi proses pembuatan silase (McDonald, 1981).
Teknologi ini dapat mengatasi masalah cepatnya limbah mengalami kerusakan apabila tidak segera dikeringkan. Dengan demikian pengolahan limbah menjadi silase dapat menghindari proses penggilingan maupun pengeringan, karena silase limbah dapat langsung digunakan sebagai pakan ternak ruminansia dasar. Hal ini dengan sendirinya berpotensi untuk mengurangi biaya pengolahan secara signifikan, walaupun untuk mengolah limbah kedalam bentuk silase juga membutuhkan biaya, antara lain untuk pembuatan silo dan bahan aditif. Diperlukan analisis efisiensi ekonomis untuk mengetahui proses pengolahan yang paling optimal dalam memanfaatakan limbah nanas tersebut yang hasilnya akan ditentukan oleh skala produksi.
Limbah nanas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%), sedangkan protein kasar termasuk rendah yaitu hanya 3,5%. Oleh karena itu, potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konsentrat, namun lebih sebagai pakan dasar penyusun ransum. Limbah nanas yang telah dikeringkan dapat digunakan langsung sebagai pakan dasar, sedangkan bila digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus digiling terlebih dahulu. Sebagai pakan dasar, limbah nanas diharapakan dapat meminimalisir ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. (Winarno.1993).
Kandungan Nutrisi
Nutrisi Komposisi Bahan Kering 54,2%. Bahan organik 91,9%. Abu 8,1%. Protein Kasar 3,6%. NDF 57,3%. ADF 31,1%. Energi Kasar 4481 Kkal/kgBK. Energi Cerna 2120 Kkal/kg BK Kulit buah dan serat perasan daging buah nanas merupakan sumber energi yang potensial untuk ternak ruminansia. Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan bahan tersebut digunakan untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar. Limbah nanas berupa campuran serat perasan daging buah dan kulit buah sebagai produk sisa pengolahan buah segar menjadi jus nanas.
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Zat Makanan Limbah Nanas (%) Bahan Kering
Komposisi
PK
SK
Abu
LK
BETN
Daun, segar
9.1
23.6
4.9
1.6
60.8
Daun, silase
6
22.8
10
2.9
58.3
Dedak nanas, kering
3.5
16.2
5.2
0.5
74.6
Kulit
6.4
16.7
4.1
0.9
71.9
Mahkota
7.2
25.4
3.7
0.8
62.9
Pucuk
7
22.3
4.1
0.8
65.7
Inti
7.1
19.7
2.3
1
69.9
Hiasan
6.8
16.2
2.6
0.9
73.5
Ampas
7.8
21.9
4.4
1.2
64.7
Sumber : Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan, R.Murni, Suparjo, Akmal, BL.Ginting. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 2008
Hasil intensifikasi tanaman pangan tidak hanya mengahsilkan bahan pangan, tetapi juga menghasilkan limbah berserat yang melimpah sehingga integrasi antara tanaman pangan dengan ternak merupakan suatu alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak.
Menurut Devendra (1987), manyebutkan bahwa pengembangan penggunaan limbah yang berasal dari agroindustri dan bahan pakan nonkonvensional sangat penting dillakukan karena dapat digunakan sebagai substitusi kekurangan hijauan maupun sebagai pengganti hijauan, salah satu limbah pertanian yang memiliki potensi besar yaitu limbah nanas.( Hutagulang et al, 1978).
Adapun dalam pengamatan nilai kecernaan terhadap Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) menunjukkan hasil yang cukup baik dimana teradi peningkatan daya cerna sampai 40%. Pemberian ransum dengan serat kasar yang rendah secara kontinyu dapat mengadaptasikan ternak ruminansia terhadap karbohidrat yang mudah dicerna selain itu bakteri yang merombaknya juga meningkat. (Arora, 1989).
Berikut adalah tabel analisis proksimat kulit nanas dan beberapa kandungan kimia yang terkandung didalam buah nanas yang berdasarkan berat basah.
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah
Komposisi
Rata-rata Berat Basah (%)
Air
86,70
Protein
0,69
Lemak
0,02
Abu
0,48
Serat basah
1,66
Karbohidrat
10,54
Sumber: Sidharta (1989)
Dari data tersebut menunjukkan bahwa kandungan air pada nanas lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein, lemak, abu, serat basah dan karbohidratnya.
Berikut ini adalah hasil analisis proksimat bahan pakan yang berasal dari limbah industri.
Tabel 3. Analisis proksimat limbah nanas
Bahan
BK
Abu
PK
Lemak
SK
Beta-N
Ca
P
Ampas nanas
89,6
4,5
4,5
15,8
1,60
63,9
-
-
Sumber : http://ift.tt/2vufepd
Dari tabel diatas industri pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula tinggi dan serat kasarnya juga cukup tinggi tetapi proteinnya rendah.
Tabel. 4 Komposisi Nanas (%)
Buah
Sihid
Protein
Asam Citrat
Gula Reduksi
Surkosa
Fibre
Abu
Nanas segar
12,5-16,1
0,42-0,50
0,8-1,5
1,2-9,7
1,7-10,32
0,17-0,3
1,4-0,7
Nanas kalengan
17
0,43
0,35
9,72
5,12
-
0,4
Menurut Kayser, Nanas segar mengandung zat padat 16,72%, asam citrat 0,63%, gula invert 4% dan sakrosa sekitar 8,6 gram/100cc. Buah mengandung manitol +1% asam terdiri dari sitrat dan malat (13% dari keseluruhan sitrat) zat warna karotine (1,5-2,5 mg/kg) abu terdiri dari KO 0,24,CaO 0,04, MgO 0,02.
Selain buahnya, bagian tanaman nenas yaang lain dapat pula dimanfaatkan seperti kulit buah. Kulit buah nenas dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak yang disebut silase. Silase adalah produk fermentasi an-aerobik bakteri asam laktat yang berasal dari hijauan dengan kadar air tinggi. Silase merupakan bahan pakan yang basah dan lembut, sehingga disukai ternak dan tidak mengganggu kelancaran sistem pencernaan.
Limbah nanas, baik hasil pengalengan maupun limbah tanaman dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak ruminansia. Nilai gizi limbah nanas lebih tinggi dibandingkan dengan limbah tanaman lainnyas. Penyusun utama limbah nanas adalah karbohidrat mudah larut terutama gula. Limbah nanas mengandung provitamin A sekitar 80.000 I.U berdasarkan bahan kering (BK). Pemanfaatan limbah nanas dalam bentuk kering atau dalam bentuk dedak lebih menguntungkan daripada bentuk segar atau basah. (Montgomery dkk,1993).
Berdasarkan kandungan nutriennya, ternyata kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi yang baik dikonsumsi oleh ternak ruminansia. Menurut Wijana, dkk (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas juga memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi.
Kesimpulan
Selama ini secara umum pakan yang digunakan pada ternak ruminansia berupa hijauan, seperti jerami dan bongkol jagung yang ditambah konsentrat. Ketersediaan pakan hijauan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku dan musim. Tak jarang untuk mendapatkan bahan baku jerami maupun bongkol jagung terkadang harus mencari pada usaha pertanian.
Buah nanas hadir dengan peran sebagai hasil dari sektor pertanian yang mampu menghasilkan limbah yang bermanfaat dalam pengembangan peternakan sebagai pakan ternak yang efisien dan juga bahan pakan alternatif yaitu menghasilkan kulit dan serat hasil perasan buah bagai bahan pakan untuk perkembangan ternak ruminansia. Penggunaan limbah nanas menjadi salah satu pilihan alternatif yang cukup tepat karena selain kandungan nutrisinya yang cukup, ketersediaan bahannya pun cukup melimpah ruah.
Dengan demikian, pakan ternak yang berasal dari limbah nanas dapat dikatakan sebagai bahan yang mudah untuk dijangkau dan didapati apabila terjadi musim-musim tertentu yang sulit untuk mendapatkan pakan ternak yang biasa digunakan seperti hijaun sebagai bahan baku pakan, sehingga limbah nanas sebagai penggantinya.
Link :Pakan Ternak Sapi Alternatif, Limbah Kulit Nanas