Deteksi Gangguan Pernafasan Pada Burung

Baca Juga:


Deteksi gangguan pernafasan pada burung
PEMICU GANGGUAN PERNAFASAN
 Deteksi gangguan pernafasan pada burung Deteksi Gangguan Pernafasan Pada Burung
AMONIA
Setiap kotoran / feces burung, juga insan dan mamalia, niscaya mengandung amonia. Amonia dalam kotoran burung dipicu oleh kandungan protein dalam pakan serta extra fooding (EF) menyerupai kroto, jangkrik, ulat hongkong, dan serangga lainnya.

Jika kotoran burung dibiarkan menumpuk dan tidak segera dibersihkan, maka kadar amonia menjadi tinggi. Ketika burung menghirup udara, maka sangat dimungkinkan amonia pun ikut terhirup. Makin tinggi kadar amonia dalam kandang / sangkar, makin banyak pula amonia yang ikut terhirup.

Persoalan makin pelik jika Anda memelihara burung dalam sangkar, dan sangkar ditutup kerodong dikala kotoran masih menumpuk. Akibatnya, makin banyak pula amonia yang terhirup burung. Hal ini juga berlaku pada burung yang dipelihara dalam kandang, apalagi dengan ventilasi udara minim, bahkan jarang terkena sinar matahari, dan kotoran sering dibiarkan menumpuk.

Nah, amonia yang terhirup akan mengiritasi susukan pernafasan burung, menyapu silia, dan merusak mukosa di permukaan jalan masuk pernafasan. Dampaknya, produksi lendir menjadi berlebihan.

Amonia juga sanggup menjadikan iritasi pada konjungtiva mata, sehingga sistem pertahanan tubuh burung terganggu. Konjungtiva yaitu membran / selaput tipis dan bening yang melapisi permukaan cuilan dalam kelopak mata dan dan menutupi belahan depan sklera (bagian putih mata) burung.
Makara burung akan mengalami gangguan pernafasan yang bukan disebabkan bibit penyakit, melainkan simpulan menghirup amonia secara berlebihan. Nafasnya akan terdengar (ngorok), alasannya banyak lendir di saluran pernafasannya.

Jika burung mengalami kondisi mirip ini, secara fisik dia terlihat sehat. Bahkan ada beberapa burung yang tetap moncer ketika berlomba, tetapi pada malam hari terdengar bunyi ngorok. Burung memang tidak sakit, “hanya” mengalami gangguan pernafasan selesai banyak menghirup amonia dari kotoran yang dibiarkan menumpuk.

Biasanya, kondisi ibarat itu tidak berlangsung usang. Sebab, intinya sistem pertahanan tubuh di saluran pernafasan sudah sangat lemah. Apabila beberapa organ pernafasannya sudah rusak, bibit penyakit yang terbawa udara pun gampang sekali melekat pada susukan pernafasannya.

Akibatnya, burung tidak hanya sekadar mengalami gangguan pernafasan akhir menghirup amonia, tetapi benar-benar terjangkit salah satu dari tujuh jenis penyakit pernafasan. Maka, selain ngorok, akan muncul tanda-tanda lain berupa batuk dan bersin.
Solusi:
  • Jika ada waktu, biasakan membersihkan cuilan dasar sangkar dua kali sehari: pagi dan sore.
  • Jika tak sempat, setidaknya kotoran dibersihkan setiap pagi.
UDARA BERDEBU
Udara yang terhirup burung, juga insan dan mamalia, niscaya mengandung partikel abu berukuran super kecil (mikron). Partikel abu yang terkandung dalam udara dikala dihirup rata-rata berukuran 1,0 – 5,0 mikron. Adapun yang mampu disaring bulu getar (silia) pada rongga hidung burung hanya partikel berukuran 3,7 – 7,0 mikron. Makara, ada beberapa partikel abu yang akan masuk ke jalan masuk pernafasan lebih dalam, mulai dari larynx, trakea, bronkus, bronkiolos, parabronkus, paru-paru, dan kantung udara.

Jika udara sangat berdebu, maka jumlah partikel yang terhirup pun makin banyak. Dampaknya sama menyerupai amonia, ialah akan merusak silia dan mukosa pada permukaan kanal pernafasan burung. Akibatnya, produksi lendir menjadi berlebihan sehingga membuat burung mengalami gangguan bernafas, ditandai dengan suara ngorok. Jika terus dibiarkan, sistem pertahanan tubuh burung pada susukan pernafasan juga akan melemah, sehingga penyakit pernafasan yang bergotong-royong akan muncul.

Solusi:
  • Jika memelihara burung dalam sangkar, terutama penangkar, cermati kondisi lingkungan di sekitar kandang ketika terjadi embusan angin cukup kencang. Jika terlihat banyak abu beterbangan, segera sirami halaman tersebut. Hal ini biasa terjadi pada siang hingga sore hari.
  • Jika burung dipelihara dalam sangkar, yang digantang di bersahabat lingkungan yang gampang berdebu, hal ini juga bisa disiasati dengan sering-sering menyiram halaman sekitarnya.
SUHU DAN KELEMBABAN
Idealnya, suhu lingkungan di sekitar sangkar / kandang burung sekitar 25 – 28 ºC, atau sekitar satu derajat di bawah suhu kamar (29 ºC).

Salah satu tengara untuk mengamati udara yang terlalu panas bagi burung yakni melihat caranya dia mengambil nafas. Jika udara terlalu panas, maka burung akan lebih sering membuka paruhnya untuk menghirup udara.

Kalau kondisi tidak memungkinkan, misalnya kita tinggal di daerah panas, maka pengaturan ventilasi mampu membantu menciptakan kesegaran pada burung yang ada dalam sangkar / kandang. Apalagi jikalau di dekat kandang / sangkar terdapat pepohonan yang rindang.

Adapun kelembaban ideal sekitar 60 – 70 %. Anda sanggup menggunakan hygrometer yang ditempel di erat sangkar / kandang. Jika kelembaban menurun hingga di bawah 50%, Anda sanggup menyemprot air ke dasar lantai dan dinding kandang, maupun halaman di sekitar sangkar.

Jika memelihara burung di dalam sangkar, yang kebetulan digantang di kawasan yang kelembabannya kurang dari 50%, segera pindahkan kandang ke tempat yang lebih teduh. Dapat juga menyemprotkan air dari sprayer ke badan burung.

Menjaga kelembaban udara juga sangat penting. Jika kita lalai, dan membiarkan kelembaban udara drop hingga di bawah 50%, dampaknya antara lain menimbulkan membran mukosa terusan pernapasan, termasuk sinus, menjadi kering. Akibatnya program silia terhambat. Peluang partikel abu dan bibit penyakit masuk pun makin besar.
Semoga bermanfaat.

Sumber : Komunitas Lovebird Indonesia

Title :Deteksi Gangguan Pernafasan Pada Burung
Link :Deteksi Gangguan Pernafasan Pada Burung

Artikel terkait yang sama:


Artikel Terkait Deteksi Gangguan Pernafasan Pada Burung :