Penyakit Berbahaya Yang Menyerang Sapi Bali, Jembrana ( Keringat Darah ), Gejala Dan Cara Pengobatannya

Baca Juga:



Gejala dan Tanda-tanda Sapi Bali Terserang Penyakit Jembrana Atau Keringat Darah

Kerugian yang sangat besar bisa terjadi saat sapi Bali terserang Jembrana karena berakhir pada kematian. Layaknya penyakit aids, Jembrana yang menyerang sapi bali akan menggerogoti kekebalan tubuh sapi tersebut. Sapi bali yang kehilangan sistem kekebalan tubuh akan mudah terserang infeksi lain yang berasal dari bakteri yang pada ujungnya akan memperparah kondisi penyakit jembrana yang bisa berakhir pada kematian ternak tersebut.

Sapi bali diketahui sangat rentan terhadap infeksi penyakit jembrana atau yang biasa dikenal dengan penyakit keringat darah. Penyakit ini pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1964. Wabah jembrana pertama kali terjadi di Kabupaten Jembrana, Gianyar, Klungkung, Badung, Tabanan, dan Buleleng di Provinsi Bali, yang menyebabkan kematian tinggi pada sapi bali.

Penyakit ini kemudian juga terjadi pada sapi bali di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ternak sapi yang rentan terjangkit penyakit jembrana adalah ternak sapi yang berumur lebih dari 1 tahun, dan paling banyak menyerang ternak sapi yang berumur 4 hingga 6 tahun. Penyakit jembrana menyebabkan Kerugian ekonomi yang cukup besar karena angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematiannya (mortalitas) yang relatif tinggi. Selain itu penyakit ini memiliki kecenderungan untuk menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga hewan rentan terhadap penyakit lainnya akibat infeksi sekunder.

Penyakit Jembrana adalah penyakit yang menyerang sistim kekebalan tubuh, maka patogenesis penyakit dimulai dari masuknya agen penyakit, masa inkubasi yang ditandai oleh upaya virus memperbanyak diri dalam sel target, gejala klinis dan mati atau kesembuhan. Masa inkubasi berkisar antara 4-7 hari yang diikuti dengan munculnya demam hingga mencapai 41o- 42o C yang berlangsung hingga 5 -12 hari (rata2 7 hari). Pada masa demam akan  terjadi penurunan limposit terutama sel limposit B dan  trombosit. Akibat penurunan trombosit maka terjadi perdarahan dihampir semua organ tubuh dan bahkan dikulit yang luka akibat gigitan serangga pengisap darah potensial seperti Tabanus sp. Sebaliknya penurunan sel limposit B yang merupakan sel dalam sistim kekebalan tubuh akan menyebabkan berkembangnya bakteria pada organ2 tubuh yang berhubungan dengan udara luar seperti, paru2, ginjal dan saluran pencernaan. Infeksi sekuder ini menyebabkan terjadinya pneumonitis, nephritis dan enteritis. 

Penyakit Keringat Darah (Penyakit Jembrana) pada awalnya hanya menyerang sapi bali, tapi belakangan diketahui penyakit ini juga menyerang jenis sapi lain yaitu sapi ongole (bos indicus), sapi friesian (bos taurus), dan kerbau (bubalus bubalus) meskipun tidak menyebabkan kematian dengan waktu perjalanan pendek. Penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus ini tergolong penyakit ganas yang seringkali menyebabkan kematian ternak sapi. Ternak sapi yang rentan terjangkit penyakit jembrana adalah ternak sapi yang berumur lebih dari 1 tahun, dan paling banyak menyerang ternak sapi yang berumur 4 hingga 6 tahun.

Ternak yang terserang penyakit jembrana menunjukkan kenaikan suhu badan yang tinggi, berkisar antara 40-42 derajat C, disertai dengan kelesuan dan kehilangan nafsu makan. Tanda tersebut disusul dengan pengeluaran ingus yang berlebihan, lakrimasi dan hipersalivasi. Pada awalnya ingus bersifat encer dan bening, akan tetapi lambat laun ingus tersebut berubah menjadi kental seperti cairan mukosa. Gejala selanjutnya adalah pembengkakan dan pembesaran kelenjar limfe superfisial. salah satu gejala yang mencolok pada hewan yang menderita penyakit ini adalah berkeringat darah. Keadaan ini biasanya terlihat sewaktu dan setelah demam, dan berlangsung 2-3 hari lamanya. kira kira 7% hewan yang bersuhu badan 41 derajat Celcius menunjukkan gejala tersebut. Gejala ini terutama ditemukan di daerah panggul, punngung, perut dan skrotum. Keringat yang encer, seperti air dan berwarna merah seperti darah bilamana masih segar, dan menetes dari permukaan kulit melalui sepanjang bulu rambut.bila keringat menempel pada batang rambut sebagai kerak berbintil bintil dan tidak lepas bila diusap dengan tangan.

Cara penularan penyakit jembrana

Penyakit ini tidak menular melalui kontak badan. Jadi, kalau dalam satu kandang ada yang terserang virus ini, kemungkinan kecil yang lain akan tertular.

Kecuali sapi yang sehat saling menjilati ingus dan liur sapi lain yang terjangkiti.

Penularan penyakit jembrana ini paling banyak disebabkan oleh serangga. Serangganya adalah serangga yang menghisap darah.

Misalnya caplak atau bangkak.



Prosesnya adalah caplak menghisap darah sapi bali yang terkena virus jembrana. Kemudian caplak tersebut hinggap dan menghisap darah sapi yang sehat.

Selain karena serangga, penularan penyakit ini juga bisa karena penggunaan jarum suntik.

Jarum suntik yang sudah digunakan untuk sapi yang terinfeksi, kemungkinan besar akan menularkan virus tersebut kalau digunakan lagi pada sapi yang sehat.

Tingkat penularan penyakit ini sangat tinggi yaitu sampai 60%. Kalau dalam suatu kandang ada 10 ekor sapi bali, Jika satu terinfeksi, maka kemungkinan akan ada 6 sapi yang terinfeksi.
Pengobatan penyakit jembrana

Belum ada obat yang bisa langsung membunuh virus jembrana ini. Karena penyababnya adalah virus, maka antibiotik tidak akan mempan.

Penggunaan antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit sekunder yang diakibatkan oleh infeksi virus ini.

Maksudnya seperti ini.

Virus ini dapat menurunkan daya tubuh sapi bali. Sehingga kalau daya tahan tubuhnya melemah, maka jenis infeksi lain akan lebih mudah menyerang. Terutama oleh infeksi bakteri.

Antibiotik bisa digunakan untuk mengobati infeksi sekunder yang diakibatkan oleh bakteri ini.

Saat ini memang masih dikembangkan vaksin untuk mengobati penyakit jembrana ini. Namun masih dalam pengembangan dan penyempurnaan.

Maklum, penyakit jembrana ini hanya terjadi di Indonesia. Jadi, lama untuk bisa segera mendapat obat yang manjur.

Sampai sejauh ini saya belum menemukan informasi bahwa penyakit jembrana bisa diobati dengan obat tertentu.

Karena penyakit ini termasuk jenis penyakit endemik, biasanya dinas resmi terkait akan turun tangan kalau korbannya sudah banyak.

Kalau baru satu atau dua, masih kurang responsif.

Pencegahan dan Pengendalian Jembrana

Mencegah itu lebih baik daripada mengobati. Akan tetapi pemusnahan massal tidak bisa dijadikan pembenaran untuk tindakan pencegahan dan pengendalian.

Tetap saja, mengobati lebih memberi harapan daripada pemusnahan. Kalau tidak ditemukan vaksin yang tokcer, maka pemusnahan akan selalu terjadi.

Wabah penyakit jembrana itu kan tidak seperti peristiwa gunung meletus. Kalau gunung meletus tidak mungkin dicegah. Kalau suatu penyakit, masih bisa diusahakan supaya tidak terjadi.

Pencegahan penyakit jembrana, sampai saat ini hanya dengan vaksinasi. Sedangkan untuk pengendalian dimaksudkan supaya virus ini tidak menyebar ke wilayah yang lebih luas.

Vaksin penyakit jembrana

Peternak tidak bisa memberi vaksin secara bebas kepada sapi bali mereka. Karena vaksinnya tidak dijual bebas.

Hanya pihak yang berwenang yang bisa melakukannya. Saya juga kurang tahu apakah permintaan untuk vaksinasi bisa mudah seperti permintaan kawin suntik pada mantri hewan.

Karena pembuatan vaksin hanya masih dalam skala laboratorium. Artinya jumlahnya masih sangat sedikit. Ini menurut laporan yang dibuat pada tahun 2015.[2]

Kalau jumlahnya sedikit, tentu tidak semua daerah di Indonesia ada dong.

Kapan pemberian vaksin ini harus dilakukan?

Untuk wilayah yang menjadi lokasi penyakit jembrana, vaksinasi dilakukan selama tiga tahun berturut – turut untuk tiap ekor sapi.

Dalam tiga tahun tersebut, setiap tahunnya dilakukan vasinasi 2 kali. Jarak antar vaksinasi pertama dan kedua adalah satu bulan.

Jadi, selama tiga tahun, tiap ekor sapi harus diberi vaksin sebanyak 6 kali.
Pengendalian penyakit jembrana

Kalau pemberian vaksin hasilnya tidak benar – benar efektif, maka langkah pengendalian yang akan dilakukan akan benar – benar merepotkan peternak. Terutama dalam hal perdagangan sapi ini.

Hal ini karena prosedurnya sangat sulit dan memakan waktu yang cukup lama.

Penanggulangan penyakit secara umum dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan, yaitu mengupayakan agar virus tidak menyebar, tindakan tersebut meliputi:

Karantina; Memelihara secara terpisah sapi yang baru datang dari lingkungan lain ke lokasi peternakan untuk beberapa hari, setelah itu jika sapi baru tersebut ternyata sehat maka dapat dipelihara bersama dengan sapi yang telah ada di lokasi.
Isolasi; Mengandakan secara terpisah sapi yang sakit sampai sapi tersebut sembuh.

Sanitasi; Membersihkan kandang dan lingkungannya setiap hari, supaya tidak ada sampah dan limbah menumpuk di sekitar kandang, karena tumpukan sampah dan limbah merupakan tempat persembunyian dan pembiakan serangga. Sebaiknya sampah dan limbah segera diproses menjadi pupuk/kompos, karena proses pengomposan dapat memayikan telur dan larva serangga yang ada didalamnya.

Spraying; Menyemprot kandang dengan anti serangga secara berkala sesuai dengan aturan dan rekomendasi dinas peternak.

Memelihara sapi secara baik; Memberinya cukup pakan dan menyediakan kandang yang layak supaya tubuh sapi menjadi kuat sebab tubuh yang kuat akan dapat bertahan dan mampu melawan penyakit/virus yang menyerangnya.

Vaksinasi; Memberikan vaksin jembrana sesuai dengan aturan kepada semua sapi yang sehat, supaya pada setiap sapi terbentuk kekebalan terhadap penyakit jembrana.

Cara Pengobatan Jembrana (Keringat Darah)

Cara mengobati akan berbeda-beda dan tergantung dari kondisi sapi nya, seperti ini :

1. Infeksi Awal Pada Sapi (1-5 hari infeksi awal)

Umumnya ditemukan pada sapi-sapi bali yg masih sehat di lokasi wabah (mulai ada kematian/sapi sakit jembrana). Sapi ini kelihatannya sehat namun sebenarnya sudah mulai terinfeksi dan baru kelihatan sakit pada hari ke-5. Yang harus kita lakukan yaitu meningkatkan system kekebalan tubuh sapi dengan cara memberikan jamu campuran.

Yang terbuat dari bahan bahan temulawak 2 jari, asam jawa 2 jari , dan ditambah gula jawa 500 gr, kemudian diparut, selanjutnya diperas dan kemudain diberikan dan diminumkan ke sapi setiap hari. Jika penyebaran penyakit jembrana lewat nyamuk atau caplak penghisap darah bisa dengan menyemprotkan insektisida kebun dencis ke badan sapi agar tidak digigit nyamuk atau caplak saat sapi balik ke kandang.

2. Pada Saat Sapi Sakit (hari 5-10)
Gejala awal yaitu:

Sapi gelisah
Bengkak di rahang bawah pangkal paha, & pangkal kaki depan,
Demam tinggi – kelihatan saat sapi berendam terus dan selalu haus.
Cara mengobatinya adalah dengan memberikan jamu campuran setiap hari dan memberikan minum cairan elektrolit (air 1 liter, garam 1 sendok , dan gula 8 sendok) setiap hari, dan memberikan bodrex sebanyak 2,5 tablet setiap 6 (enam) jam untuk menurunkan panas. Tujuan nya yaitu untuk membantu sapi agar tidak kena dehidrasi atau kekurangan cairan dan menaikan stamina sapi. Jika sapi di kandang bersama dengan sapi sakit. Di bekas kotoran atau urine sapi d disemprot campuran bayclin 1 ditambah air 4 liter, untuk membunuh virus jembrana di bekas kotoran atauliur sapi di kandang agar tidak menulari sapi lain.

3. Pada Saat Saat Sapi Sakit Parah(hari 10-12)
Sapi sudah ambruk, air liur sudah keluar, badan sangat panas, bagian bawah rahang , pangkal paha dan pangkal kaki depan semakin bengkak. Cara mengobatinya sama seperti diatas yaitu pemberian jamu setiap hari, minum cairan elektrolit, bodrex 2,5 tablet per 6 jam utk menurunkan panas, diusahakan sapi harus makan dan diberi makanan lunak. Titik kritis buat sapi yang sakit parah ini yaitu saat keluar diare berdarah, karena biasanya 3-7 jam sesudah keluar diare berdarah maka sapi akan mati. Jadi saat sapi sudah mulai keluar diare berdarah sapi harus secepatnya disembelih paksa jika tidak akan mati sebagai bangkai.

Gambaran Ganasnya Serangan Virus Jembrana

Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru mencatat 10 ekor sapi milik peternak setempat mati karena terjangkit penyakit jembrana dalam kurun waktu dua pekan terakhir ini."Sapi bali milik satu kelompok tani di Pekanbaru mati kena penyakit Jembrana," kata Kadistanak Pekanbaru El Syabrina di Pekanbaru.

El menjelaskan penyakit ini telah menyerang sapi milik Kelompok Tani Mekar Sari Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya yang berakibat pada kematian."Yang mati itu 10 setelah dicek karena Jembrana," terang El syabrina.Untuk mengantisipasi agar penyakit ini tidak menyerang sapi milik petani lainnya, petugas menggelar pembersihan dan sterilisasi kandang dan penyuluhan.Selain itu sambung El pihaknya sudah menurunkan tim untuk mengantisipasi penularan.

"Untuk antisipasi kami melakukan Puluhan pemantauan dan penyuluhan ke peternak bagaimana budidaya sapi yang baik dan menghindari dari berbagai macam penyakit," terang dia.Selanjutnya kata dia pihaknya sudah meminta dinas teknis agar membangun komunikasi jika ada kasus dilapangan."Kami meminta peternak untuk waspada dan segera mengontak petugas dinas bila melihat gejala-gejala yang mencurigakan pada ternaknya," sarannya.

Diakui El Syabrina untuk menangani masalah penyakit jembrana pihaknya sudah membuka pos pelayanan khusus yang bisa digunakan peternak."Ada tiga pusat kesehatan hewan (Puskeswan) milik kita yang bisa digunakan yaitu di Rumbai, Kulim dan Tampan," tegasnya menambahkan.Ia menambahkan walau jembrana tidak ada dampaknya terhadap manusia secara langsung dan hanya mematikan sapi, tetap perlu diwaspadai. Karena bisa membuat peternak merugi."Kalau jembrana tidak ada dampaknya terhadap manusia hanya mematikan sapi," katanya.

Diolah dari berbagai sumber

Title :Penyakit Berbahaya Yang Menyerang Sapi Bali, Jembrana ( Keringat Darah ), Gejala Dan Cara Pengobatannya
Link :Penyakit Berbahaya Yang Menyerang Sapi Bali, Jembrana ( Keringat Darah ), Gejala Dan Cara Pengobatannya

Artikel terkait yang sama:


Artikel Terkait Penyakit Berbahaya Yang Menyerang Sapi Bali, Jembrana ( Keringat Darah ), Gejala Dan Cara Pengobatannya :